Minggu, 08 Maret 2015

Awas Bahaya Gadget

Meski saat ini penggunaan gadget sudah mewabah, ada baiknya tetap mewaspadai risiko yang ditimbulkannya terhadap kesehatan, khususnya bagi anak:

- Risiko radiasi. Berbagai penelitian menunjukkan, paparan radiasi ponsel berdampak serius bagi kesehatan. Sebaiknya, anak tidak terus menerus memakai gadget untuk mengurangi paparan radiasi.

- Risiko kecanduan. Penelitian Rutgers University menunjukkan, BB, misalnya, memicu ketergantungan dan membuat penggunanya memerlukan terapi setara dengan terapi ketergantungan obat-obatan.

Terbiasa selalu mengecek pesan atau email, dan kemudahan terhubung dengan internet membuat penggunanya tanpa sadar selalu terdorong untuk membuka BB, berharap menerima pesan atau email yang menyenangkan.

- Risiko insomnia. Berkirim pesan atau chatting berkepanjangan membuat pola tidur terganggu sehingga akhirnya menyebabkan insomnia. Kurang tidur juga menyebabkan sakit kepala dan sulit konsentrasi.

Untuk meminimalkan risiko di atas, pakailah gadget secara bijak. Jangan letakkan di dekat tubuh atau di samping kepala, terlebih saat sedang tidur. Sedapat mungkin pakailah headset agar kepala tidak terlalu dekat dengan antena.

Rokok elektrik atau e-cigarette dikembangkan di Tiongkok dan diperkenalkan mulai tahun 2004. Bentuk dan ukuran rokok elektrik beragam, tapi kebanyakan lebih panjang daripada rokok biasa. Ada pula yang menyerupai cerutu atau pipa.
Rokok elektrik bekerja dengan diisap melalui mulut. Aliran udara yang mengalir dari mulut pengisap akan menyalakan sensor yang memicu bekerjanya pemanas kecil bertenaga baterai.

Pemanas kemudian menguapkan nikotin cair sintesis di dalam wadah sekaligus mengaktifkan cahaya yang menyala di ujung rokok elektrik seperti rokok normal. Pemanas pada rokok elektrik juga menguapkan propylene glycol atau PEG yang akan membuat rokok elektrik mengeluarkan asap.

Bicara soal efek samping rokok elektrik, FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat sudah merilis data dari 18 penelitian mengenai rokok elektrik. Nikotin cair sintesis dalam rokok elektrik ternyata bisa membuat paru-paru teriritasi. Saat rokok elektrik diisap, cairan ini akan berubah menjadi carbonyl yang mengakibatkan kanker.
Kini, rokok elektrik juga memiliki fitur suhu sehingga bisa mengatur kadar nikotin. Akan tetapi, semakin tinggi pengaturan suhu, maka semakin banyak pula carbonyl yang diproduksi. Selain itu, jumlah formaldehida akan menyamai rokok biasa. Padahal formaldehida bisa membahayakan paru-paru. Asap buatan pada rokok elektrik juga akan menimbulkan aerosol yang sangat berisiko bagi kesehatan paru-paru.
 Nikotin cair sintesis dalam rokok elektrik juga mengandung perasa buatan dan pengawet makanan. Bahan-bahan ini aman bila dikonsumsi secara biasa, tapi lain soal bila diisap. Bakteri penyebab pneumonia juga akan makin kebal seiring Anda mengisap rokok elektrik. (PA)